MAKALAH
ILMU MELATIH DASAR
“Teknik Dalam
Olahraga”

O
L
E
H
KELOMPOK 8
KELOMPOK 8
Gemi Candra (14086048)
Kurnia Octarika (14086156)
Muthia Gustiyandi (14086157)
Puti Larasti (14086158)
Ririn Syafitri (14086035)
PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Rumusan
Masalah ................................................................................................ 1
B. Latar
Belakang ..................................................................................................... 3
C. Tujuan
Makalah .................................................................................................... 3
BAB II ISI PEMBAHASAN
A. Pengertian
teknik dan fungsi dalam olahraga ...................................................... 4
B. Teknik
dan Gaya .................................................................................................. 5
C. Teknik
dan Koordinasi gerak................................................................................ 7
D. Tingkatan
Teknik dalam Olahraga ....................................................................... 7
E. Latihan
Teknik sebagai Belajar Motorik .............................................................. 10
F. Metode-metode
Latihan Teknik ........................................................................... 12
G. Faktor-faktor
penentu keberhasilan belajar dan berlatih teknik ........................... 15
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
.................................................................................................. 16
B.
SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
![]() |
Puji
syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan kesehatan serta keselamatan dunia kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ilmu melatih dasar dengan materi mengenai “implementasi
supervise terhadap peningkatan mutu pendidikan”.
Adapun maksud pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah “Administrasi dan supervise
pendidikan” yang merupakan mata kuliah yang wajib diselesaikan bagi
mahasiswa universitas negeri padang.
Selama
proses pembuatan makalah ini penulis banyak mendapat masukan berupa motivasi,
bimbingan dan saran serta arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah serta kepada teman-teman semuanya.
Penulis
masih menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti
yang di inginkan. Oleh karena itu,
penulis mohon saran serta kritikan dalam pembuatan makalah ini demi
kesempurnaan makalah penulis ini sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Padang,
Mei 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Teknik
secara harfiah diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengaplikasikan dan mempraktikkan suatu metode.
Jika di kaitkan dengan pelajaran olahraga teknik berarti cara-cara yang
dilakukan seseorang untuk mempraktekkan suatu metode sesuai dengan olahraga
yang bersangkutan.
Teknik olahraga itu tergantung
dengan olahraga yang bersangkutan, tidak mungkin teknik olahraga renang
disamakan dengan teknik bermain voly, oleh karena itu teknik
olahraga itu tergantung dengan cabang olahraga itu masing-masing. Setiap cabang
olahraga mempunyai perlakuan yang berbeda. Dan setiap teknik olahraga mempunyai
tujuan yang berbeda.
Teknik olahraga telah disadari oleh
banyak orang di kalangan olahragawan maupun patih dan juga pengamat olahrga,
olahraga dapat menunjang pelaksanaan olahraga lebih baik lagi, namun dalam
pelaksanaan teknik olahraga belum efektif seperti yang dihaarapkan dikarenakan
didalam pelaksanaan teknik olahraga adanya faktor-faaktor penentu keberhasilan belajar dan berlatih
teknik dan koordinasi yang belum dipahami oleh kalangan olahragawan.
Koordinasi adalah kemampuan otot
dalam mengontrol gerak dengan tepat agar dapat mencapai suatu fungsi khusus
(Grana dan Kalenak, 1991:253). Menurut Schmidt(1988:265) dalam Sukadiyanto,
koordinasi adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu
sama lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak.
Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang, dan
persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan efesien, di mana
komponen gerak terdiri dari energi, kontaksi otot, syaraf, tulang dan
persendian merupakan koordinasi neuromuskuler.
Koordinasi neuromuskuler adalah
setiap gerak yang terjadi dalam urutan dan waktu yang tepat serta gerakannya
mengandung tenaga. Sebab terjadinya gerak timbul oleh kontraksi otot, dan otot
berkontraksi karena adanya perintah yang diterima melalui sistem syaraf.
Koordinasi neuromuskuler meliputi koordinasi intramuskuler dan intermuskuler.
Koordinasi intramuskuler adalah kinerja dari seluruh serabut syaraf dan otot
dalam setiap kerja otot yang berkontraksi secara maksimum. Kinerja otot
tergantung dari interaksi serabut syaraf dan serabut otot di dalam otot itu
sendiri. Sedangkan koordinasi intramuskuler menurut Pyke dalam Sukadiyanto
(1991:140) yaitu melibatkan efektivitas otot-otot bekerjasama dalam
menampilakan satu gerak, sehingga dalam koordinasi intramuskuler kinerjanya
tergantung dari interaksi beberapa otot.
Jadi koordinasi gerak adalah
hubungan timbal balik hubungan timbal balik antara pusat susunan gerakan dengan
alat gerak dalam mengatur dan mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot serta
proses-proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan.
Teknik olahraga bukan hanya
merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus
berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Sudah
tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi
sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun
materi yang dibahas dalam makalah ini adalah teknik olahraga dan koordinasi
gerak.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan teknik dan fungsi
teknik
dalam olahraga?
2. Apa yang
dimaksud dengan teknik dan gaya?
3. Apa yang dimaksud dengan teknik dan koordinasi
gerakan?
4. Apa-apa saja tingkatan teknik dalam olahraga?
5. Bagaimana mtode latihan teknik sebagai belajar
motorik?
6. Bagaimana metode latihan teknik?
7. Apa saja faktor-faktor
penentu keberhasilan belajar dan berlatih teknik?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui teknik dan fungsi
teknik
dalam olahraga
2. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan teknik dan gaya
3. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan teknik dan koordinasi
gerakan
4. Untuk
mengetahui tingkatan teknik dalam olahraga
5. Untuk
mengetahui mtode latihan teknik sebagai belajar motorik
6. Untuk
mengetahui metode latihan teknik
7. Untuk
mengetahui faktor-faktor penentu keberhasilan belajar dan berlatih teknik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknik dalam
Olahraga
Secara sederhana teknik dapat
diartikan sebagai cara. Teknik menendang bola adalah cara menendang bola, yaitu
bagaimana cara seseorang menendang bola dengan benar terarah kepada sasaran
yang diinginkan. Teknik memukul (spike) bola
dalam permainan bola voli adalah bagaimana cara seseorang atau atlet bola voli
adalah bagaimana cara seseorang atau atlet bola voli memukul bola dengan keras
dan terarah ke daerah pertahanan lawan.
Demikian pula halnya dengan teknik-teknik cabang olahraga yang lain yang
kesemuanya yang dapat diartikan dengan cara seperti cara memukul, menendang,
menggiring, mengelak, menarik, mendorong, melompat, mengayun, berlari, dan lain
sebagainya. Pengertian teknik sebagaimana dikemukakan di atas belum
menggambarkan arti teknik yang sebenarnya dalam olahraga.
Pengertian
teknik menurut para ahli:
1. Thiess
at al (1978: 225), teknik adalah cara khusus yang dapat dilakukan atau
direalisasikan untuk memecahkan suatu tugas gerakan olahraga dalam praktek
berdasarkan kondisi manusia secara utuh.
2. Weineck
(1985: 237) mendefenisikan teknik sebagai cara yang dikembangkan dalam praktek
olahraga untuk memecahkan suatu tugas gerakan tertentu secara efektif dan
seefisien mungkin.
Dari definisi diatas dapat
dikemukakan bahwa yang dimaksud teknik dalam olahraga adalah suatu cara yang
digunakan atau dikembangkan oleh seseorang atau atlet untuk menyelesaikan /
memecahkan suatu tugas gerakan dalam olahraga secara efektif dan efisien. Yang
dimaksud tugas gerakan disini adalah bentuk-bentuk aksi / perbuatan / tindakan
motorik yang dilakukan seseorang dalam olahraga untuk mencapai suatu tujuan
gerakan. Sedangkan efektif berarti
sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan efisien berarti hemat dalam penggunaan
tenaga.
Pengesuaan seseorang atau atlet
terhadap suatu teknik olahraga tertentu merupakan gambaran tingkat keterampilan
yang dimilikinya terhadap teknik tersebut. Semakin baik teknik seseorang dalam
suatu cabang olahraga maka semakin tinggi tingkat keterampilan yang
dimilikinya. Oleh karena itu para ahli cenderung menyebutnya dengan
keterampilan teknik. Bompa / Haff (2009)
teknik dapat diartikan sebagai cara melakukan suatu keterampilan atau latihan
fisik.
Di samping itu, penguasaan teknik
yang baik akan dapat menghemat penggunaan, tenaga, karena kualitas teknik yang
baik dapat lebih mengefisienkan pemakain gerakan. Ini berarti bahwa semakiin
baik teknik yang dimiliki oleh seseorang atau atlet, maka semakin efisien atlet
menggunakan tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan suatu gerakan. Bompa (1999:
60) mengatakan bahwa teknik yang baik sama dengan efisiensi yang tinggi (good technique = high efficiency). Dapat
diartikan bahwa terdapat kolerasi positif antara tingkat kualitas teknik dengan
tingkat efisiensi gerakan, atau dengan kata lain semakin baik tingkat
keterampilan teknik atlet, maka semakin efisien tenaga yang diguanakan oleh
atlet dalam pertandingan.
Adapunfungsi
teknik secara umum dalam olahraga
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai gerakan atau
mempraktekkan gerakan yang telah mereka pelajari dalam bidang olahraga untuk
mencapai sesuatu.
B.
Teknik dan Gaya
Teknik dalam olahraga merupakan
model tertentu dari suatu gerakan yang didasari oleh keadaan tubuh secara
morphologis, fisiologis, dan biomekanisme serta merupakan pemecahan-pemecahan tugas
gerakan yang dikembangkan dan diterapkan secara rasional.
Model teknik dalam olahraga
sepakbola berbeda dari model teknik renang, lari, basket, ataupun cabang
olahraga yang lainnya. Olehkarena itu dapat dikatakan bahwa teknik merupakan
karakter satu cabang olahraga dan sekaligus dapat membedakan tuntutan gerak
cabang olahraga. Karena beranekaragam teknik olahraga yang ada maka sulit bagi
kita untuk membuat suatu model yang tepat untuk teknik-teknik tersebut.
Tiap olahraga atau cabang olahraga
mempunyai teknik standar tersendiri yang harus diikuti oleh pelatih dan atlet
dalam melakukan pembinaan prestasi olahraga. Teknik standar dalam dalam
olahraga voly adalah service, passing ats, passing bawah, memukul, dan
membendung. Sedangkan teknik standar dalam olahraga sepak bola adalah passing,
dribbling, shooting, heading, stopping, dan lain-lain. Begitu juga dengan
cabang olahraga yang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa teknik olahraga itu
tergantung cabang olahraga itu masing-masing. Setiap cabang olahraga mempunyai
perlakuan yang berbeda-beda.
Sedangkan gaya (style) menurutBompa (1999) berasal dari
imajinasi individual seseorang dalam memecahkan problem teknik atau kebiasaan
melakukan suatu aksi motorik. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa gaya
merupakan suatu bentuk temuan aksi motorik khusus individu atlet yang
dilakukannya secara berulang-ulang dalam menyelesaikan suatu tugas gerakan
sehingga kemudian menjadi suatu kebiasaan aksi motorik yang melekat pada
atlettersebut.
Dengan kata
lain, gaya merupakan hasil kreatifitas seorang atlet dalam memecahkan persoalan
teknik yang dihadapinya yang terlihat dalam bentuk aksi motorik khusus.
Sedangkan teknik merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memecahkan suata
tugas gerakan baik pada saat latihan maupun dalam pertandingan.
C.
Teknik dan Koordinasi Gerakan
Olahraga pada hakikatnya adalah
aktifitas gerak yang dilakukan manusia baik untuk kebutuhan gerak sehari-hari
seperti berjalan, menaiki tangga, menyapu lantai, mengepel lantai rumah, dll
untuk memenuhi tuntutan gerak yang melebihi kebutuhan gerak sehari-hari seperti
mencangkul, memanjat
pohon, memikul beban, termasuk berolahraga.
Gerak koordinasi dapat dikelompokkn
atas koordinasi kasar, koordinasi halus, dan koordinasi terhalus. Ketiga
pengelompokkan gerakan ini menggambarkan kualitas suatu gerakan. Gerakan dengan
koordinasi kasar menunjukkan kualitas koordinasi gerakan yang paling rendah.
Pada tingkat koordinasi kasar ini masih banyak terjadi kesalahan-kesalahan
dalam melakukan gerakan terlebih ketika melakukan kegiatan yang sulit.
Koordinasi halus tingkat kesalahan gerakan semakin diperkecil dan sipelaku
mampu melakukan gerakan dengan lancar dan tingkat kesalahan yang rendah.
Koordinasi terhalus (terbaik) adalah suatu gerakn hampir tanpa kesalahan gerakan.
Dalam tahap ini seseorang mampu melakukan gerakan-gerakaan dalam olahraga
dengan lancar, cepat serta dengan kualitas koordinasi gerak yang sangat baik.
Koordinasi gerakan menurut
Meinel/Schnabel dalam Baumann dan Reim (1984:109) meliputi: (1) stuktur
gerakan, (2) irama gerakan, (3) hubungan gerakan, (4) luas gerakan, (5)
kelancran gerkan, (6) tempo gerakan, (7) kekutan gerakan, (8) ketepatan
gerakan, dan (9) kekonstanan gerakan.
D.
Tingkatan
Teknik dalam Olahraga
Pada dasarnya teknik dapat
dibedakan berdasarkan tuntutan atau kebutuhan suatu cabang olahraga. Oleh
karena itu setiap cabang olahraga membutuhkan teknik yang berbeda-beda. Salah
satu elemen yang membedakan aktivitas cabang olahraga adalah teknik atau
keterampilan motorik yang diperlukan (Bompa & Haff, 2009). Kebutuhan teknik
dalam permainan sepak bola berbeda dengan kebutuhan teknik dalam permainan
basket, bola voli, bulutangkis, dan lain-lain. Begitu juga dengan cabang-cabang
olahraga perorangan seperti pencak silat, karate, gulat, judo, dan lain
sebagainya. Setiap cabang olahraga memiliki teknik tersendiri secara khusus dan
itulah yang membedakannya dengan cabang olahraga lainnya.
Berdasarkan tingkat penguasaan
seseorang terhadap suatu teknik olahraga tertentu, maka teknik dalam olahraga
dapat dibedakan atas tiga tingkatan yaitu:
1. Teknik
dasar
Teknik
dasar seringkali disebut sebagai teknik standar yang terdapat pada setiap
cabang olahraga. Bompa & Haff (2009) mengemukakan bahwa setiap kegiatan
cabang olahraga mempunyai suatu standar teknik atau model teknik tertentu.
Teknik dasar merupakan dasar-dasar teknik yang terdapat pada setiap cabang
olahraga. Misalnya dalam cabang olahraga bolavoli terdapat teknik dasar seperti
servis, passing bawah, passing atas, umpan, spike / smash dan teknik block. Pada
cabang olahraga bolabasket ada teknik dribbling, passing, shooting dan
lain-lain. Begitu juga dalam cabang bela diri seperti karate, judo, pencak
silaat dan lain-lain, yang masing-masingnya memiliki teknik-teknik tersendiri
yang membedakan antara satu cabang olahraga dengan cabang olahraga lainnya.
Teknik dasar ini merupakan
keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang yang berlatih suatu
cabang olahraga. Oleh karena merupakan keterampilan dasar maka teknik dasar
dapat dilakukan dengan lebih mudah dan belum begitu memerlukan kondisi fisik.
Meskipun demikian ada juga teknik-teknik olahraga yang pelaksanaannya sangat membutuhkan kondisi fisik seperti
teknik spike dan block dalam permainan bola voli, dimana untuk melakukan teknik spike dan block
perlu didukung oleh kekuatan loncat yang tinggi, tanpa itu teknik spike dan block
tidak dapat dilakukan dengan baik dan efektif.
Penguasaan teknik dasar sangat
ditentukan oleh tingkat kondisi fisik orang yang melakukannya. Dengan kata lain
kualitas kondisi fisik sangat menentukan tingkat penguasaan suatu teknik atau
keterampilan motorik yang dipelajari. Teknik dasar suatu cabang olahraga dapat
ditingkatkan dan dikuasai dengan baik apabila didukung oleh kondisi fisik yang
menentukan penguasaan teknik dasar tersebut.
2. Teknik
Lanjutan
Sebagai bentuk pengembangan dari
teknik dasar adalah teknik lanjutan, yaitu penguasaan teknik cabang olahraga
dengan tingkat koordinasi halus. Pada
tingkat koordinasi halus ini seseorang mampu melakukan teknik cabang olahraga
dengan baik dan lancar, meskipun dalam kondisi yang tidak menguntungkan untuk
melakukan teknik tersebut. Pada tahap ini diperlukan dukungan kondisi fisik
yang lebih sulit dari pada tahap sebelumnya. Semua teknik dasar dalam setiap
cabang olahraga dapat dilakukan dengan benar dan lancar meskipu dengan tuntutan
kondisi yang semakin kompleks. Misalnya, seseorang mampu melakukan passing atas
dengan bergerak ke depan, ke belakang dan ke samping atau melakukan shooting ke ring basket sambil meloncat, dan lain sebagainya.
Dalam arti koordinasi gerakan, pada
teknik lanjutan terjadi peningkatan kualitas gerakan teknik atau keterampilan
motorik cabang olahraga secara signifikan. Oleh karena pada teknik lanjutan
telah didukung oleh faktor kondisi fisik yang menjadi prasyarat penguasaan
teknik yang dipelajari. Faktor kondisi fisik yang mendukung memberikan peluang
kepada seseorang untuk menguasai suatu teknik atau keterampilan motorik cabang
olahraga tertentu dengan baik. Di samping itu tertentu saja memungkinkan seseorang
atau atlet dapat lebih mengembangkan variasi-variasi gerakan teknik melebihi
teknik dasar yang di pelajari sebelumnya.
3. Teknik
tinggi
Teknik tinggi disebut juga sebagai
teknik atau keterampilan motorik dengan tingkat kesulitan tinggi, karena secara
kualitas berada di atas teknik dasar dan teknik lanjutan. Artinya, pada teknik
tinggi ini atlet mampu melakukan berbagai bentuk variasi gerakan teknik cabang
olahraga dengan tingkat koordinasi gerakan yang terbaik / terhalus. Pada
tingkat ini, seringkali muncul aksi-aksi motorik atlet yang mengejutkan dalam
suatu kompetisi. Teknik-teknik spektakuler seperti memasukkan bola ke gawang
lawan dengan cara loncat salto ke belakang (back
salto) atau kemampuan menendang bola dengan putaran yang bervariasi
merupakan bentuk-bentuk teknik tinggi dalam olahraga sepakbola.
Pada contoh lain misalnya, pada
olahraga sepak takraw, atlet mampu melakukan smes dengan kaki di atas kepala
sambil loncat dengan koordinasi gerakan yang sangat baik. Semua contoh yang
dikemukakan di atas menunjukkan tingkat penguasaan dan pengembangan teknik
olahraga yang dilakukan oleh atlet yang terlatih dengan baik, baik secara fisik
maupun secara teknik cabang olahraganya. Penguasaan dan pengembanganteknik
olahraga hanya dapat dilakukan oleh seorang atlet apabila atlet telah memiliki
kondisi fisik yang prima sesuai dengan tuntutan olahraganya.
Pengembangan teknik tinggi sangat
ditentukan oleh kemampuan kondisi fisik, karena teknik tinggi dilakukan dalam
keadaan yang bervariasi dan dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Bila
ditinjau dari sudut teori gerak maka teknik tinggi dapat dikategorikan sebagai
tingkat belajar motorik ketiga, dimana setiap gerakan dapat dilakukan dengan
koordiinasi yang sangat baik dan lancar.
E.
Latihan
teknik sebagai belajar motorik
Latihan teknik dalam olahraga
adalah mempelajari gerakan yang baru atau memperbaiki dan menyempurnakan
gerakan-gerakan yang telah dikenai atau lelah dipelajari. Pada dasarnya belajar
motorik identik dengan belajar gerak yang dalam olahraga prestasi diartikan
dengan latihan teknik (Hotz / Weineck, 1983: 9).
Dalam pengertian lain Rieder (1977:
45) mengemukakan bahwa belajar motorik adalah suatu proses perbaikan
kemampuan-kemampuan motorik melalui pengoptimalan faktor-faktor persyaratan
luar dan dalam yang bertujuan untuk mendapatkan / memperoleh kemampuan,
keterampilan motorik dan tingkah laku tertentu. Proses perbaikan kemampuan tersebut
berlangsung secara bertahap yang menurut Meinel (1977: 223) diklasifikasikan
atas tahap penerapan keterampilan-keterampilan motorik secara bervariasi. Pentahapan
ini juga ditemukan dalam
belajar dan berlatih teknik olahraga.
Pada tahap awal seseorang dalam
belajar teknik berusaha untk mendapatkan atau memperoleh suatu bentuk teknik
baik secara kognitif maupun secara praktis (motorik). Seseorang tidak hanya
dituntut bisa melakukan suatu bentuk gerakan teknik dengan benar, tetapi juga
dituntut mengerti dan memahami proses jalannya gerakan teknik tersebut. Pada
tahap awal atau tahap penemuan / perolehan ini sangat diperlukan peran daya
fikir (kognitif) untuk mengetahui dan memahami proses pelaksanaan suatu teknik
olahraga secara benar.
Setelah suatu teknik olahraga
dikenal secara kognitif, kemudian diuji cobakan secara berulang kali sampai
teknik yang dipelajari dapatdilkukan dengan benar sesuai model teknik yang
sebenarnya. Pada tahap ini sangat diperlukan bantuan koreksi gerakan oleh
pelatih, karena atlet masih mengalami banyak kesalahan gerakan. Kualitas teknik
yang ditampilkan pada tahap ini masih rendah atau kurang baik, atau dengan kata
lain bahwa koordinasi gerakannya masih kasar (belum terkoordinasi secara baik).
Akan tetepi telah dapat melakukan dalam situasi dan kondisi yang sederhana dan
mendukung terlaksananya gerkan.
Pada tahap berikutnya, model teknik
yang telah diperoleh tadi kemudian diltih secara berulang ulang sehingga
menghasilkan apa yang disebut sebagai stabilisasi teknik, yaitu suatu tekni
olahraga dapat dilakukan secara benar dan stabil. Stabilisasi teknik yang benar
hanya dapat diperoleh melalui latihan-latihan dengan penggunaan metode dan
pengaturan beban latihan yang tepat dan benar.
Akhir dari proses latihanyang
bertahap ini akan menghasilkan suatu keterampilan teknik yang stabil dan mantap
yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Sebagai belajar
motorik, penguasaan suatu teknik olahraga diperoleh melalui proses pembinaan
dan latihan secara bertahap yang menurut Rothing dan Grossing (1985: 43)
tendiri dari empat fase belajar motorik, yaitu:
1) Pengembangan
koordinasi kasar.
2) Pengembangan
koordinasi halus.
3) Pengembangan
koordinasi terhalus atau terbaik.
4) Stabilisasi
dan otomatisasi koordinasi (bentu terhalus) dan kemampuan menggunakannya secara
variatif.
F. Metode-metode Latihan Teknik
Sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa teknik olahraga adalah suatu bentuk keterampilan motorik
(gerakan) dalam olahraga atau cabang olahraga tertentu secara kualitas dapat
dievaluasi melaluipengamatan (observasi) ciri-ciri koordinasi gerakan.
Peningkatan kualitas teknik cabang olahraga dapat dilakukan melalui pengulangan
bentuk keterampilan teknik yang dipelajari dan didukung oleh faktor kondisi
fisik yang diperlukan serta penggunaan metode latihan yang tepat. Pembinaan
komponen teknik dalam olahraga memerlukan pendekatan dan cara yang berbeda
denngan pembinaan dan latihan untuk peningkatan kondisi fisik.
Teknik-teknik dalam olahraga atau
teknik olahraga dapat dibedakan atas tekik olahraga siglik (berenang dan
berlari) dan teknik olahraga asiglik (lompat jauh, lompat tinggi). Teknik dalam
olahraga siklik merupakan teknik atau keterampilan gerakan dengan pembagian/pengelompokan
struktur gerakan dalam suatu vase utama dan vase antara. Sedangkan teknik dalam
olahraga asiklik mempunyai suatu struktur gerakan yang terdiri dari tiga yaitu
vase persiapan, vase utam, dan vase akhir.
Secara umum metode latihan teknik
menurut Rothig dan Grossing (1985: 43-47) dapat dibedakan antara dua sudut
pandang yaitu :
a) Ditinjau
dari sudut pandang orang yang berlatih atau atlet.
b) Dari
sudut pandang orang yang melatih atau pelatih.
Jika ditinjau dari sudut pandang orang yang
berlatih atau atlet, maka metode latihan teknik dapat dibedakan atas :
1. Training
aktif
Training
aktif diartikan sebagai keterlibatan seorang atlet dalam proses pembinaan dan latihan suatu teknik
olahraga secara intensif dan kontiniu. Peningkatan kualitas teknik olahraga
hanya dapat diilakukan melalui pengulangan
teknik yang dipelajari secara benar dengan penggunaan metode latihan yang
tepat. pembinaan dan latihan teknik olahraga memerlukan suatu pengaturan yang
tepat baik menyangkut tata urut kegiatan dalam satu pertemuan maupun pengaturan
beban terutama pengturan kerja dan istirahat.
2.
Training
Observasi
Training melalui pengamatan (training observasi)
menuntut suatu contoh gerakan yang tepat. Contoh gerakan ini biasanya di
berikan dalam bentuk informasi visual seperti gambar, video, demonstrasi gerak
suatu teknik olahraga oleh pasangan latihan dan lain sebagainya.
3.
Training Mental
Training mental (mentales training) mengandung konsep
berfikir intensif dari suatu jalannya gerakan tampa melakukan gerakan dalam
waktu bersamaan atau simultan (Rothif at al, 1983: 241). Tujuan metode latihan
ini adalah untuk mempengaruhi persiapan seorang atlet secara lebih baik melalui
pemahaman dan pengenalan situasi-situasi secara spesifik.
Jika ditinjau dari sudut pandang
orang yang melatih
atau instruktur dan guru olahraga ,
maka metode latihan teknik dapat dibedakan atas :
1. Metode mengajar global-komplek
Metode
mengajar global-komplek adalah metode menyatukan proses atau jalannya gerakan untuk disatukan menjadi keseluruhan gerakan.
2. Metode analisis
sintesis
Metode analisis sintesis adalah pengelompokan proses gerakan untuk disatukan
menjadi kesatuan gerakan.
3. Metode pengembangan
Metode pengembangan adalah metode yang memberikan kesempatan kepada
atlit untuk mencoba dan berlatih sendiri berdasarkan tugas-tugas gerakan yang
diberikan.
4. Metode
elementer
Metode elementer adalah suatu pengelompokan suatu gerakan kedalam
elemen-elemen gerakan secara fungsional.
G.
Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Belajar dan Berlatih Teknik
Keberhasilan individual atlit dalam
belaar dan berlatih teknik ditentukan oleh beberapa faktor, menurut
Rieder/Lehnertz (1983) terdiri dari: (1) faktor kondisi fisik, (2) penglaman
gerakan, (3) bakat dan kemampuan belajar, (4) motivasi, (5) bentuk informasi
dan instruksi yang diberikan, (6) dan Lingkunagan.
1.
Kondisi Fisik
Kondisi
yang baik merupakan persyaratan utama untuk menguasai dan mengembangkan suatu
keterampilan teknik olahraga.
2.
Pengalaman Gerkan
Pengalaman
atau perbendaharaan gerakan baik yang dimiiliki sangat menentukan keberhasilan
seseorang dalam belajar dan berlatih.
3.
Bakat dan Kemampuan Belajar
Bakat
dan kemampuan belajar yang dimiliki merupakan faktor bawaan manusia dibawa
sejak lahir.
4.
Motivasi
Motivasi
yang tinggi tidak hanya dibutuhkan dalam pembinaan dan latihan teknik, akan
tetapi diperlukan dalam semua proses pembinan dan latihan untuk meraih suatu
prestasi puncak atlit.
5.
Bentuk Informasi dan Instruksi
yang diberikan
Untuk
mengoptimalkaan seseorang atau atlet dalam belajar dan berlatih teknik perlu
diperhatikan jenis informasi dan instruksi yang diberikan. Informasi dan
instruksi merupakan metode penyampaian dan penerimaan informasi dalam belajar
dan berlatih teknik. Penerimaan informasi dan instruksi oleh seseorang dalam
berlatih dan belajar teknik dapat dilakukan dentan dengan indra penglihatan, pendengaran,indra
peraba.
6.
Lingkungan
Yang dimaksudkan factor lingkungan adalah yang
berkaitan dengan sarana dan prasarana iklim, cuaca, temperature dan lain-lain.
Factor ini juga besar pengaruhnya dalam belajar dan berlatih teknik olahraga.
Sarana dan prasarana yang lengkap tentu akan berpengaruh besar bagi seseorang
dalam belajar dan berlatih teknik. Perlengkapan dan peralatan latihan yang
lengkap, cuaca yang baik dan temperature yang sejuk tentu akan sangat membantu
seseorang dalam menguasaisuatu keterampilan teknik olahraga.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teknik dalam olahrga merupakan salah satu unsur atau
komponen prestasi yang menunjukkan spesifikasi cabang olahraga karena berbeda
bentuknya antara satu cabang olahraga dengan cabang lainnya. Penguasaan suatu
teknik olahraga tertentu memerlukan proses belajar dan latihan yang ditentukan
oleh bakat dan kemampuan belajar, pengalaman gerakan, motivasi, kondisi fisik
informasi, dan instruksi dalam pembinaan serta faktor lingkungan.
Teknik pada dasarnya menunjukkan tingkat kemampuan
koordinasi seseorang dalam melakukan suatu gerakan. Semakin baik penguasaan
suatu teknik olahraga tertentu maka semakin baik pula tingkat koordinasi gerak
yang dilakukan. Dengan kata lain kualitas teknik ditentukan oleh tingkat
koordinasi gerakan. Penguasaan teknik menujukkan tingkat keterampilan seseorang
terhadap bentuk-bentuk teknik olahraga.
Teknik berbeda dengan gaya. Teknik dalam olahrga merupakan
model tertentu dari suatu gerakan yang di dasarin oleh keadaan tubuh secara
morfologis, fisiologis, dan biomekanis, serta merupakan pemecahan-pemecahan
tugas gerakan yang dikembangkan dan diterapkan secara rasional. Sementara gaya
merupakan hasil kreatifitas seseorang atlit dalam memecahkan persoalan teknik
yang dihadapi yang terlihat dalam bentuk aksi motorik khusus. Bentuk aksi
motorik khusus ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan
yang melekat pada diri atlit tersebut.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan diterima
dengan senang hati.
DAFTAR PUSTAKA
Bompa, Tudor
O. Theory and methodology of training.Dubuque,lowa: Kendal / hunt
publishing company. 1983
Pate, Russel R ;Bruce McCclenaghan and Robert
rotella. Dasar-dasar ilmu melatih dasar.
Terjemahan oleh Drs.Kasiyo Dwijowinoto, MS. Semarang: IKIP Semarang Pres, 1993
Rieder, Hermann. Bewegungslehere des sport. Band 2. Schorndorf: verlag karl hofmann.
1997
Rieder, Hermann und K.lehnertz. Bewegungslehere des technik training.
Lehrbriet fur die .Bad homburg: Limpert verlag . 1985
Rothig, Peter und Stefan Grossing. Training sport. Bad Homburg. Schorndorf:
verlag karl hofmann. 1997
http://bagendit-streetball.blogspot.com/2010/08/teknik dalam olahraga.html
https://www.google.com/#q=Faktor penentu
belajar teknik.ei#45-0utr-0utf